Sabtu, 09 November 2013

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN



LAPORAN PENDAHULUAN

A.    Masalah Utama
Prilaku Kekerasan

B.     Proses Terjadinya Masalah
1.   Pengertian
Prilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007; hal, 146). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Depkes, RI, 2000).
Sedangkan menurut Carpenito 2000, perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu beresiko menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain.
Jadi, perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan individu yang melakukan tindakan yang dapat membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak lingkungan.

2.   Etiologi
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.

3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perilaku Kekerasan
a.  Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan  menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan  oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah:
1)      Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap perilaku:
a)      Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls  agresif: sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.
b)   Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine, asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap stress.
c)   Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif dengan genetik karyotype XYY.
d)  Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang  menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2)   Teori Psikologik
a). Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak  terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan memberikan arti  dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa  ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.
a)   Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa.
3)   Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.




b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan  dengan (Yosep, 2009):
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan  eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
2.    Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3.    Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4.    Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5.     Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
6.    Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
4.   Tanda dan gejala
Tanda dan gejala dari perilaku kekerasan yaitu;
a.       Muka merah dan tegang
b.      Pandangan tajam
c.       Mengatupkan rahang dengan kuat
d.      Mengepalkan tangan
e.       Jalan mondar-mandir
f.       Bicara kasar
g.      Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h.      Mengancam secara verbal atau fisik
i.        Melempar atau memukul benda/orang lain
j.        Merusak barang atau benda
k.      Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan perilaku kekerasan

5. Rentang Respon
Rentang adaptif                                                             Respon Maladaptif



Asertif        frustasi            pasif                agresif                         kekerasan

Keterangan :
a.       Asertif
individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan ketenangan.
b.      Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kupuasan saat marah dan tidak dapat menemukan alternative
c.       Pasif
Individu tidak dapat mengungkapkan perasaanya
d.      Agresif
Prilaku yang menyertai marah terhadap dorongan untuk menuntut tetapi masih terkontrol
e.       Kekerasan
Perasan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya control
Perbandingan antara prilaku asertif, pasif, agrsif / kekerasan

Pasif
Asertif
Agresif
Isi pembicaraan
Negatif menurun menandakan diit, contoh
“dapatkah saya?”
“Dapatkah kamu ?”
Positif dan menwarkan diri, contoh :
“saya dapat….
“saya akan….
Menyombongkan diri, memindahkan orang lain contoh
“ kamu selalu….”
“kamu tidak pernah…”
Tekanan suara
Cepat lambat , mengeluh.
Sedang
Keras dan mengotot
Posisi badan 
Menundukan kepala
Tegap dan santai
Kaku, cenderung
Jarak
Menjaga jarak dengan sikap acuh mengabaikan
Mempertahankan jarak yang nyaman
Siap dengan jarak dan menyerang orang lain
Penampilan
Loyo, tidak dapat tenang
Sikap tenang
Mengancam posisi menyerang
Kontak mata
Sedikit/ sama sekali tidak
Mepmpertahankan kontak mata sesuai dengan hubungan
Mata melotot dan di pertahankan

6. Pohon Masalah
Resiko tinggi mencederai orang lain, diri sendiri,dan lingkungan
Prilaku kekerasan
 
                                                                                            PPS
                                                                                            Halusinasi
 

Regimen terapeutik            HDR kronis                             isolasi sosial
Inefektif
 

Koping keluarga                 berduka disfungsional
Tdk efektif                        

7. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
a.    Prilaku kekerasan
b.   Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
c.    Perubahan persepsi sensori : halusinasi
d.   Harga diri rendah kronis
e.    Isolasi sosial
f.    Berduka disfungsional
g.   Penaktalaksanaan regimen terapeutik inefektif
h.   Koping keluarga inefektif
8. Data yang perlu dikaji
Masalah Keperawatan
Data yang perlu di kaji
Perilaku Kekersan
Subjektif
·        Klien mengancam
·        Klien mengumpat dengan kata-kata kotor
·        Klien mengaatkan dendam dan jengkel
·        Klien mengatakan ingin berkelahi
·        Klien mengatakan menyalahkan dan menuntut
·        Klien meremehkan
Objektif
·         Mata melotot/pandangan tajam
·         Tangan mengepal
·         Rahang mengatup
·         Wajah memerah dan tegang
·         Postur tubuh kaku
·         Suara keras



Faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah perilaku kekerasan, antara lain sebagai berikut:
a.       Ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah
b.      Stimulus lingkungan
c.       Konflik interpersonal
d.      Status mental
e.       Putus obat
f.       Penyalahgunaan narkoba
9.   Diagnosa keperawatan.
      Perilaku Kekerasan

10. Rencana Tindakan Keperawatan
      a.   Tindakan Keperawatan untuk Klien
            Tujuan:
1)      Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2)      Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3)      Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan
4)      Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan
5)      Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya
6)      Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, sosial dan dengan terapi psikofarmakotika
Tindakan:
1)      Bina hubungan saling percaya.
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar klien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus dilakukan saudara dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah mengucapkan salm terapeutik, berjabat tangan, menjelaskan tujuan interaksi, serta membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu klien.
2)      Diskusikan kepada klien penyebab perilaku kekerasan yang terjadi dimasa lalu dan saat ini.
3)      Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
Diskusikan bersama klien mengenai tanda dan gejala perilaku kekerasan, baik kekerasan fisik, psikologis, sosial, spiritual maupun intelektual.
4)      Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang biasanya dilakukan pada saat marah baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
5)      Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari perilaku marahnya. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan baik secara fisik (pukul kasur/bantal serta tarik nafas dalam), obat-obatan, sosial/verbal (dengan mengungkapkan kemarahannya secara asertif) ataupun spiritual (sholat/berdoa sesuai keyakinan klien).
b..  Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
      Tujuan:
      Keluarga dapat merawat klien dirumah
      Tindakan:
1)      Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan meliputi penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul, serta akibat dari perilaku tersebut.
2)      Latih keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan perilaku kekerasan
a)         Anjurkan keluarga untuk memotivasi klien agar melakukan tindakan yang telah di ajarkan oleh perawat.
b)         Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada klien bila anggota keluarga dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
c)         Diskusikan bersama keluarga tidakan yang harus dilakukan bila klien menunjukan gejala-gejala perilaku kekerasan.
3)      Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi klien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar/memukul benda/orang lain.









STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
MASALAH PERILAKU KEKERASAN


A. Proses keperawatan
1.      Kondisi :
       DO : wajah agak memerah, nada suara tinggi dan keras, pandangan tajam
DS : Kien mengatakan benci dan kesal pada seseorang
2.      Diagnosa     : Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b/d        perilaku kekerasan.
3.      TUK  
a.       Membina hubungan saling percaya.
b.      Mendefinisikan penyebab marah

B.  Tindakan keperawatan
1.      Membina hubungan saling percaya dengan menggunakan prisip komunikasi teurapetik
a.          Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
b.         Perkenalkan diri dengan sopan sambil jabat tangan.
c.          Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
d.         Jelaskan maksud hubungan interaksi.
e.          beri rasa aman dan sikap empati.
f.          lakukan kontak singkat dan sering.
     2.   Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
a.          Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau kesal

Fase hubungan orientasi :
1.      Salam terapeutik :
Selamat pagi, nama saya Mahmur . Saya biasa dipanggil mas Mahmur, kamu namanya siapa ?
Saya akan menemani (nama pasien) disini.
2.      Evaluasi/ validasi
Kenapa (nama pasien) sampai dibawa kemari?
3.      Kontrak
Topik               : Bagaimana kalau kita bercakap- cakap tentang tentang hal- hal yang menyebabkan (nama pasien) marah- marah.
Tempat            : (nama pasien ) ingin bercakap- cakap dimana ? bagaimana kalau disini saja?
Waktu             : Mau berapa lama ? bagaimana kalau 10 menit.
Fase kerja
1.         Apa yang membuat (nama pasien) marah- marah dan membanting barang- barang ?
2.         Apakah ada yang membuat (nama pasien) kesal atau punya masalah lain ? coba ceritakan pada saya.
3.         Apakah sebelumnya (nama pasien) pernah marah ? apakah penyebabnya? Apakah sama dengan sebelumnya ?

Fase terminasi
1.         Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan (nama pasien) setelah kita bercakap- cakap ?
2.         Evaluasi obyektif
Coba sebutkan lagi, apa yang membuat (nama pasien) marah- marah ?
Bagus kalau (nama pasien) tahu.
3.         Rencana tindak lanjut
Baiklah waktu kita sudah habis. Nanti coba diingat- ingat lagi penyebab     marah yang lain.
4.         Kontrak yang akan datang
Topik            : Besuk kita akan bicara tentang tanda dan gejala orang yang marah- marah, atau perasaan (nama pasien) saat marah dan cara marah yang biasa (nama pasien) lakukan.


Tempat         : Mau dimana kita bicara ? bagaimana kalau disini?
Waktu          : Besuk kita bertemu jam 09.00 ya. Da… sampai besuk. Jangan lupa.





























DAFTAR PUSTAKA

Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP & SP ) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta
























LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN
PERILAKU KEKERASAN



OLEH :
WENSESLAUS AMSIKAN
06110276


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SURYA MITRA HUSADA KEDIRI
2013





LEMBAR PENGESAHAN


Laporan pendahuluan dengan perilaku kekerasan telah disetujui pada:
Hari                 :
Tanggal           :


Mahasiswa,


(Wenseslaus Amsikan)



Mengetahui,

         Pembimbing Lahan,                                               Pembimbing Akademik,


(                                                  )                                (                                             )



Tidak ada komentar:

Posting Komentar