LAPORAN
PENDAHULUAN
A.
Masalah
Utama
Prilaku Kekerasan
B.
Proses
Terjadinya Masalah
1.
Pengertian
Prilaku
kekerasan atau
agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993).
Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau
marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).
Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau
marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).
Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep,
2007; hal, 146). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Depkes, RI, 2000).
Sedangkan
menurut Carpenito 2000, perilaku kekerasan adalah keadaan dimana
individu-individu beresiko menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri
ataupun orang lain.
Jadi, perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan individu
yang melakukan tindakan yang dapat membahayakan/mencederai diri sendiri, orang
lain bahkan dapat merusak lingkungan.
2. Etiologi
Perilaku kekerasan bisa disebabkan
adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian
individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan.
Frustasi, seseorang yang mengalami
hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia
menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi
rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan
sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
3.
Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perilaku Kekerasan
a. Faktor Predisposisi
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut
teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan
oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah:
1) Teori Biologik
Teori
biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap perilaku:
a) Neurobiologik
Ada
3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif: sistem
limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga mempunyai peranan
dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik
merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila ada
gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan potensial
perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal maka individu tidak
mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan
agresif. Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam
menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas secara konstan
berinteraksi dengan pusat agresif.
b) Biokimia
Berbagai
neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine, asetikolin, dan
serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls agresif.
Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flight yang dikenalkan oleh Selye
dalam teorinya tentang respons terhadap stress.
c) Genetik
Penelitian
membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif dengan genetik
karyotype XYY.
d) Gangguan Otak
Sindroma
otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan tindak
kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan lobus
temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit
seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh
terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2) Teori Psikologik
a).
Teori Psikoanalitik
Teori
ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan
dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep
diri rendah. Agresi dan tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang
dapat meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam kehidupannya.
Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka
terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.
a) Teori Pembelajaran
Anak
belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya orang tua
mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai
prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian
yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka selama
tahap perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang dialaminya, mereka
mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya
ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak
mereka dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah
dewasa.
3) Teori Sosiokultural
Pakar
sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial terhadap
perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima perilaku
kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga
berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari bahwa
kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif.
Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk
perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan
dalam hidup individu.
b.
Faktor Presipitasi
Faktor-faktor
yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan
(Yosep, 2009):
1)
Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian
masal dan sebagainya.
2. Ekspresi
dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3. Kesulitan
dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan dialog
untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan dalam menyelesaikan
konflik.
4. Ketidaksiapan
seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya sebagai seorang
yang dewasa.
5. Adanya
riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan
tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
6. Kematian
anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
4. Tanda dan gejala
Tanda
dan gejala dari perilaku kekerasan yaitu;
a.
Muka merah dan tegang
b.
Pandangan tajam
c.
Mengatupkan rahang dengan kuat
d.
Mengepalkan tangan
e.
Jalan mondar-mandir
f.
Bicara kasar
g.
Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h.
Mengancam secara verbal atau fisik
i.
Melempar atau memukul benda/orang lain
j.
Merusak barang atau benda
k.
Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan perilaku kekerasan
5. Rentang Respon
Rentang
adaptif Respon Maladaptif
Asertif frustasi pasif
agresif kekerasan
Keterangan :
a. Asertif
individu
dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan
ketenangan.
b. Frustasi
Individu
gagal mencapai tujuan kupuasan saat marah dan tidak dapat menemukan alternative
c. Pasif
Individu
tidak dapat mengungkapkan perasaanya
d. Agresif
Prilaku
yang menyertai marah terhadap dorongan untuk menuntut tetapi masih terkontrol
e. Kekerasan
Perasan
marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya control
Perbandingan
antara prilaku asertif, pasif, agrsif / kekerasan
|
Pasif
|
Asertif
|
Agresif
|
Isi pembicaraan
|
Negatif menurun menandakan diit,
contoh
“dapatkah saya?”
“Dapatkah kamu ?”
|
Positif dan menwarkan diri, contoh
:
“saya dapat….
“saya akan….
|
Menyombongkan diri, memindahkan
orang lain contoh
“ kamu selalu….”
“kamu tidak pernah…”
|
Tekanan suara
|
Cepat lambat , mengeluh.
|
Sedang
|
Keras dan mengotot
|
Posisi badan
|
Menundukan kepala
|
Tegap dan santai
|
Kaku, cenderung
|
Jarak
|
Menjaga jarak dengan sikap acuh
mengabaikan
|
Mempertahankan jarak yang nyaman
|
Siap dengan jarak dan menyerang
orang lain
|
Penampilan
|
Loyo, tidak dapat tenang
|
Sikap tenang
|
Mengancam posisi menyerang
|
Kontak mata
|
Sedikit/ sama sekali tidak
|
Mepmpertahankan kontak mata sesuai
dengan hubungan
|
Mata melotot dan di pertahankan
|
6. Pohon Masalah
Resiko
tinggi mencederai orang lain, diri sendiri,dan lingkungan
Prilaku kekerasan
|
PPS
Halusinasi
Regimen
terapeutik HDR kronis isolasi sosial
Inefektif
Koping
keluarga berduka
disfungsional
Tdk
efektif
7. Masalah Keperawatan yang Mungkin
Muncul
a. Prilaku kekerasan
b. Resiko mencederai diri, orang lain
dan lingkungan
c. Perubahan persepsi sensori :
halusinasi
d. Harga diri rendah kronis
e. Isolasi sosial
f. Berduka disfungsional
g. Penaktalaksanaan regimen terapeutik
inefektif
h. Koping keluarga inefektif
8. Data yang perlu dikaji
Masalah
Keperawatan
|
Data
yang perlu di kaji
|
Perilaku Kekersan
|
Subjektif
·
Klien mengancam
·
Klien mengumpat dengan kata-kata kotor
·
Klien mengaatkan dendam dan jengkel
·
Klien mengatakan ingin berkelahi
·
Klien mengatakan menyalahkan dan menuntut
·
Klien meremehkan
Objektif
·
Mata melotot/pandangan tajam
·
Tangan mengepal
·
Rahang mengatup
·
Wajah memerah dan tegang
·
Postur tubuh kaku
·
Suara keras
|
Faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah
perilaku kekerasan, antara lain sebagai berikut:
a.
Ketidakmampuan
mengendalikan dorongan marah
b.
Stimulus
lingkungan
c.
Konflik
interpersonal
d.
Status
mental
e.
Putus
obat
f.
Penyalahgunaan
narkoba
9. Diagnosa
keperawatan.
Perilaku Kekerasan
10. Rencana
Tindakan Keperawatan
a. Tindakan
Keperawatan untuk Klien
Tujuan:
1) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku
kekerasan
2) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
kekerasan
3) Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang
pernah dilakukan
4) Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku
kekerasan yang dilakukan
5) Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku
kekerasannya
6) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara
fisik, spiritual, sosial dan dengan terapi psikofarmakotika
Tindakan:
1) Bina hubungan saling percaya.
Dalam
membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar klien merasa aman
dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus dilakukan
saudara dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah mengucapkan salm
terapeutik, berjabat tangan, menjelaskan tujuan interaksi, serta membuat
kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu klien.
2) Diskusikan kepada klien penyebab perilaku kekerasan
yang terjadi dimasa lalu dan saat ini.
3) Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab
perilaku kekerasan.
Diskusikan
bersama klien mengenai tanda dan gejala perilaku kekerasan, baik kekerasan
fisik, psikologis, sosial, spiritual maupun intelektual.
4) Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang
biasanya dilakukan pada saat marah baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan.
5) Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari
perilaku marahnya. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan
baik secara fisik (pukul kasur/bantal serta tarik nafas dalam), obat-obatan,
sosial/verbal (dengan mengungkapkan kemarahannya secara asertif) ataupun
spiritual (sholat/berdoa sesuai keyakinan klien).
b.. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
Tujuan:
Keluarga dapat merawat klien dirumah
Tindakan:
1)
Diskusikan
bersama keluarga tentang perilaku kekerasan meliputi penyebab, tanda dan
gejala, perilaku yang muncul, serta akibat dari perilaku tersebut.
2)
Latih
keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan perilaku kekerasan
a)
Anjurkan
keluarga untuk memotivasi klien agar melakukan tindakan yang telah di ajarkan
oleh perawat.
b)
Ajarkan
keluarga untuk memberikan pujian kepada klien bila anggota keluarga dapat
melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
c)
Diskusikan
bersama keluarga tidakan yang harus dilakukan bila klien menunjukan
gejala-gejala perilaku kekerasan.
3)
Diskusikan
bersama keluarga kondisi-kondisi klien yang perlu segera dilaporkan kepada
perawat, seperti melempar/memukul benda/orang lain.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
MASALAH PERILAKU KEKERASAN
A.
Proses keperawatan
1. Kondisi :
DO
: wajah agak memerah, nada suara tinggi dan keras, pandangan tajam
DS : Kien
mengatakan benci dan kesal pada seseorang
2. Diagnosa
: Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b/d perilaku kekerasan.
3. TUK
a. Membina
hubungan saling percaya.
b. Mendefinisikan
penyebab marah
B.
Tindakan keperawatan
1. Membina
hubungan saling percaya dengan menggunakan prisip komunikasi teurapetik
a.
Sapa klien dengan ramah baik verbal
maupun non verbal.
b.
Perkenalkan diri dengan sopan sambil
jabat tangan.
c.
Tanyakan nama lengkap klien dan nama
panggilan yang disukai klien.
d.
Jelaskan maksud hubungan interaksi.
e.
beri rasa aman dan sikap empati.
f.
lakukan kontak singkat dan sering.
2. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
a.
Bantu klien untuk mengungkapkan
penyebab perasaan jengkel atau kesal
Fase
hubungan orientasi :
1. Salam terapeutik :
Selamat pagi, nama saya Mahmur . Saya biasa dipanggil mas
Mahmur, kamu namanya siapa ?
Saya akan menemani (nama pasien) disini.
2. Evaluasi/
validasi
Kenapa (nama pasien) sampai dibawa kemari?
3. Kontrak
Topik
: Bagaimana kalau kita bercakap- cakap tentang tentang hal- hal yang
menyebabkan (nama pasien) marah- marah.
Tempat
: (nama pasien ) ingin bercakap- cakap dimana ? bagaimana kalau disini saja?
Waktu
: Mau berapa lama ? bagaimana kalau 10 menit.
Fase kerja
1.
Apa yang membuat (nama pasien) marah-
marah dan membanting barang- barang ?
2.
Apakah ada yang membuat (nama pasien)
kesal atau punya masalah lain ? coba ceritakan pada saya.
3.
Apakah sebelumnya (nama pasien) pernah
marah ? apakah penyebabnya? Apakah sama dengan sebelumnya ?
Fase
terminasi
1.
Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan (nama pasien) setelah kita bercakap-
cakap ?
2.
Evaluasi obyektif
Coba sebutkan lagi, apa yang membuat (nama pasien) marah-
marah ?
Bagus kalau (nama pasien) tahu.
3.
Rencana tindak lanjut
Baiklah
waktu kita sudah habis. Nanti coba diingat- ingat lagi penyebab
marah yang lain.
4.
Kontrak yang akan datang
Topik : Besuk kita akan bicara tentang tanda dan
gejala orang yang marah- marah, atau perasaan (nama pasien) saat marah dan cara
marah yang biasa (nama pasien) lakukan.
Tempat : Mau dimana kita bicara ? bagaimana kalau disini?
Waktu : Besuk kita bertemu jam 09.00 ya. Da… sampai besuk. Jangan lupa.
DAFTAR PUSTAKA
Fitria,Nita.2009.
Prinsip
Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan ( LP & SP ) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat
bagi Program S1 Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN
PERILAKU KEKERASAN
OLEH :
WENSESLAUS AMSIKAN
06110276
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SURYA MITRA HUSADA KEDIRI
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dengan perilaku
kekerasan telah disetujui pada:
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa,
(Wenseslaus Amsikan)
Mengetahui,
Pembimbing Lahan, Pembimbing Akademik,
( ) ( )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar